8.5.13

Sekolah Penerbangan di Banyuwangi

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI membuka sekolah jurusan penerbangan di Banyuwangi. Jurusan penerbangan ini nantinya berada di bawah Akademi Teknik dan Keselataman Penerbangan (ATKP) Surabaya. Untuk dana pembangunan sarana dan prasana, dianggarkan mencapai Rp 200 miliar.
Gedung ATKP di Banyuwangi akan dibangun di atas lahan seluas 10 hektar. Lokasinya berada di Desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi, tak jauh dari Bandar Udara Banyuwangi. Gedung itu nantinya akan mulai dipakai tahun 2013  , kampus di banyuwangi menjadi kampus kedua setelah Surabaya. Namun khusus untuk jurusan penerbangan.
Jurusan penerbangan ATKP sendiri baru dibuka tahun 2012 lalu. Dengan begitu, jurusan penerbangan ini menjadi sekolah penerbangan kedua milik pemerintah Indonesia. Setelah Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, di Curug, Tangerang.
ATKP sudah melakukan seleksi untuk memilih 12 calon pilot. Sebelumnya ATKP miliki jurusan lain. Seperti Lalu Lintas Udara, Teknik Pesawat Udara, Teknik Listrik Bandar udara dan Teknik Navigasi Udara.
Pesawat yang digunakan berlatih sementara waktu hanya 2 unit jenis Tobago TB-10, kapasitas 2 orang. Rencananya akan dikembangkan menjadi 21 pesawat latih. Dan para calon pilot akan dilatih oleh 6 instruktur.

Hingga tahun 2015 Indonesia Butuh 1.800 Pilot
Kebutuhan pilot di Indonesia dirasa semakin mendesak. Hal itu juga yang melandasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI untuk membangun Sekolah (jurusan) Penerbangan di Desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Perhubungan RI, Bobby R. Mamahit mengatakan, Indonesia butuh 1.800 pilot hingga 2015 mendatang. Kebutuhan itu menyesuaikan pertumbuhan armada penerbangan Indonesia sebanyak 300 unit.
Saat ini kebutuhan pilot (dalam negeri) di Indonesia berasal dari 13 sekolah penerbangan termasuk milik swasta. Sekolah (jurusan) Penerbangan di Banyuwangi akan menjadi pilot school yang ke-14.
Target Kementerian Perhubungan Harus mencapai 3 tahun, 1.800 pilot. Setahunnya 600 pilot, saat ini hanya 300 pilot saja .
Kemenhub mengaku akan mengembangkan kapasitas sekolah penerbangan milik pemerintah agar kebutuhan pilot segera tercapai. Selain di Banyuwangi, Pemerintah akan membangun sekolah serupa di Medan, Sumatera Utara.
Sehingga diharapkan ditahun 2015 semua pesawat terbang Indonesia diawaki oleh orang Indonesia.
Kalau bisa Pesawat Indonesia harus dipiloti orang Indonesia.

Gedung Jurusan Penerbangan masih dalam Proses pembangunan (tahun 2013 ini), kantor sekolah pilot tersebut masih 'seadanya'.
Sebuah kontainer disulap sedemikian rupa dan disekat menjadi tiga ruangan untuk menjadi kantornya. Ruangan pertama bagi Kepala Sekolah, ruangan kedua untuk administrasi dan ruangan terakhir untuk tim maintenance pesawat.
Persis beberapa meter dari halaman depan kantor itu berdiri hangar pesawat. Di sebelah timurnya berdiri juga gedung sederhana seukuran rumah tipe 36 yang digunakan sebagai tempat makan siang dan istirahat para civitas akademik.
Rutinitas belajar ke 12 siswa penerbang angkatan pertama ini banyak dihabiskan di apron bandara. Mereka mulai berlatih terbang mulai pukul 08.00 WIB-16.00 WIB. Dalam rentang waktu itu ada 6 jam latihan terbang yang didampingi oleh Kapten Budi.
Saat ini tiap siswa dapat jatah latihan terbang dua hari sekali dengan sesi terbang 1 jam dengan pesawat latih jenis Socata Tobago 10 buatan Perancis. Itu akan menyesuaikan dengan jumlah armada pesawat latih yang ada.
Selain berlatih menerbangkan pesawat, sambungnya, taruna juga diajari tentang teknis pesawat. Semisal pemeliharaan pesawat yang perlu dan penting diketahui para calon pilot tersebut. Sebelum dan sesudah terbang, pesawat harus diperiksa sesuai standar operasional .
Pertengahan Juni 2013 nanti ada 3 pesawat latih tambahan yakni pesawat Cessna 172 SP buatan Amerika. Dengan begitu, total pesawat latih akan menjadi 5 armada yang dioperasikan sekolah pilot. Selain itu 5 instruktur baru sudah didatangkan ke Banyuwangi.
Saat dari 12 taruna angkatan pertama yang sudah belajar, salah satu diantaranya berasal dari Banyuwangi. Dia adalah Muhammad Ananditya Patria Pratama (19), asal Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Banyuwangi.
Saat ditemui, Adit, panggilan akrabnya, mengaku bangga dan senang diterima menjadi taruna sekolah pilot Banyuwangi. Saat acara launching first flight sepekan lalu, dia didapuk untuk menerbangkan pesawat latih dengan didampingi Kapten Budi.
Kedisplinan para taruna juga menjadi perhatian pihak sekolah pilot Banyuwangi. Para siswa dididik semi militer. Dengan ciri khas sikap mawas dan sikap hormat ala militer.
Kekompakan juga terlihat dari tiap aktivitas mereka. Semisal saat menyambut pesawat yang usai digunakan berlatih, mereka akan terlebih dahulu berbaris. Selanjutnya berjalan setengah berlari secara serempak.
Untuk Informasi  Lebih Lanjut  Program Diklat Penerbangan non Diploma ( Pilot ) dapat menghubungi kontak di bawah ini :

Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan Surabaya ( ATKP Surabaya )
Program Diklat Penerbangan non Diploma ( Pilot )

 Jl. Jemur Andayani I / 73 Surabaya 60236
telp : 031-8410871 , 8472936
fax : 031-8490005
email : casea@atkpsby.ac.id
web: http://www.atkpsby.ac.id 

0 comments:

Post a Comment